Sejarah Awal Penguasa Islam

Sejarah Awal Penguasa Islam-Islam merupakan agama yang dikatakan Rahmatan Lil Alamin atau rahmat bagi semesta alam. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini, sejak kelahirannya pada abad ke-7, menyebar ke seluruh antero dunia dengan pesat. Selain pengaruh secara agama atau norma dan nilai kehidupan bagi sesama manusia, Islam juga mengatur tatanan politik masyarakat. Rasulullah SAW adalah pemimpin negara Islam pertama yang berkedudukan di Madinah. Beliau meletakan batu awal pembangunan kekuasaan Islam dengan berpegangan pada musyawarah dan demokrasi. Setelah Rasulullah wafat, tongkat estafet kekuasaan Islam dilanjutkan oleh para Khulafau Rashidin dan kemudian oleh dinasti baik itu Umaiyah dan Abbasiyah. Dalam perkembangannya, kekuasaan Islam mengalami pasang surut. Lalu untuk masa sekarang, kekuasaan Islam ini bisa dikatakan sangat lemah. Banyak faktor yang menyebabkannya dan dalam buku karya Imam As-Suyuthi ini akan dibahas lebih rinci.


Islam muncul di Jazirah Arab pada kurun ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu dari Allah SWT. Setelah kematian Rasullullah SAW, kerajaan Islam berkembang sejauh Samudra Atlantik di Barat dan Asia Tengah di Timur. Lama-kelamaan umat Islam berpecah dan terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul. Namun demikian, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, kerajaan Abbasiyyah, kerajaan Turki Seljuk, Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal India, dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang terkuat dan terbesar di dunia.

Masa Rasulullah SAW (Sampai 10 Hijriah)
Langkah-langkah Rasulullah dalam memimpin masyarakat setelah hijrahnya ke Madinah, juga beberapa kejadian sebelumnya, menegaskan bahwa Rasulullah adalah kepala sebuah masyarakat dalam apa yang disebut sekarang sebagai negara. Di Madinah, Rasulullah memprakarsai adanya konstitusi tertulis pertama yaitu dengan Piagam Madinah. Piagam tersebut mengatur tata kehidupan bermasyarakat di Madinah yang majemuk pada saat itu. Pertama kaum muslimin yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar, dan ini adalah kelompok mayoritas. Kedua, kaum musyrikin, yaitu orang-orang suku Aus dan Kharaj yang belum masuk Islam, kelompok ini minoritas. Ketiga, kaum Yahudi yang terdiri dari empat kelompok. Satu kelompok tinggal di dalam kota Madinah, yaitu Banu Qunaiqa. Tiga kelompok lainnya tinggal di luar kota Madinah, yaitu Banu Nadlir, Banu Quaraizhah, dan Yahudi Khibar. Jadi Madinah adalah masyarakat majemuk. Rasulullah selain sebagai pemimpin spiritual, beliau juga terus menjalankan kedudukannya sebagai kepala negara sampai sepuluh tahun berada sejak hijrah ke Madinah.

Masa Khulafau Rashidin (10 H – 41 H)
Meskipun Abu Bakar memerintah kaum muslimin dalam tempo yang amat singkat, tapi banyak hal yang bisa diselesaikan. Ancaman disintegrasi, kerusuhan rasial antar suku dan golongan, dan berbagai gejolak dalam negeri segera dapat diatasi. Kehidupan perpolitikan masa kekhalifahan Khulafaur Rasyiddin, berlandasankan Al Qur’an serta Sunnah Rasulullah. Pada masa ini kekuasaan Islam semakin meluas tidak hanya di jazirah arab saja. Setiap takluknya suatu wilayah menjadi negeri Islam, maka syariat Islam langsung ditegakkan di sana. Dan berbondong-bondong bangsa masuklah kedalam naungan Islam. Masuknya manusia ke dalam Islam secara berbangsa ini adalah hal yang sulit dibayangkan bagaimana terjadinya di masa kini serta berbondongnya manusia memeluk suatu agama hanyalah terjadi kepada al Islam.

Masa Khalifah Bani Umayyah: 661-750 / 41 – 132 H (89 tahun)
Diawali oleh Khalifah Mu’awiyah yang pernah membantu Rasulullah saw untuk menjadi sekretaris negara di masanya (Ensiklopedi Umum, 1984), kemudian pada masa Khalifah Umar bin Khattab, karena kecakapannya diamanahi menjadi Wali di daerah Syam, yang terus berlanjut sampai Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, sampai akhirnya dengan terbunuhnya Ali, Mu’awiyah karena pengaruhnya yang besar kemudian diba’iat menjadi khalifah berikutnya pada tahun 41H/661M setelah Khalifah Hasan bin Ali, mundur dan berbaiat kepadanya. Penguasaan keluarga ini berakhir pada tahun 132H/750M, dengan terbunuhnya Khalifah keempat belas Marwan bin Muhammad Al Ja’di oleh pemberontakan yang dilakukan Abu Muslim Khurasai. Mulai zaman dinasti Umaiyah, kejayan Islam secara fisik mulai terlihat. Hal ini terlihat dari banyak dibangun masjid megah, istana, perpustakaan, pusat penelitian ilmu pengetahuan, rumah sakit, dll. Masa kejayaan daulat bani Umaiyah terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Azis. Pada saat itu, keadaan negeri sangat makmur. Bahkan ada riwayat yang menceritakan bahwa sangat sulit mencari orang yang hendak diberi zakat. Karena semua rakyat merasa sudah cukup dan tidak membutuhkan santunan dari zakat.

Masa Khalifah Bani Abbasiyyah: 750-1517 / 132-923 H (767 tahun)
Setelah Umayyah jatuh dan digantikan oleh Abbasiyah. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Kota yang dibangun oleh Abu Ja’far al-Mansur khalifah kedua, tahun 145 H./762 M. Selama pemerintahan Abbasiyah, Irak khususnya Baghdad, menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, perdagangan, peradaban dan ilmu pengetahuan di dunia Islam timur. Puncak kejayaan dicapai pada masa pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809) dan Khalifah al-Makmun (813-833). Dalam kurun waktu tersebut mengalami kemajuan pesat di bidang ekonomi, berbagai cabang ilmu pengetahuan, konstruksi dan teknologi, kesenian, sastra dan politik yang stabil di wilayah kekuasaan yang luas. Setelah kurun waktu tersebut, mengalami disintegrasi politik.

Masa Kekhilafahan Utsmaniyah: 1517-1924/ 923-1349 H (407 tahun)
Kata “Utsmaniyah” yang berarti anak-anak Utsman, didirikan oleh Utsman (1258-1326). Mencapai keemasannya selama tahun 1481-1566, dalam masa pemerintahan Bayezid II (1481-1512), Selim I (1512-1520), dan Suleiman I (1520-1566). Bayezid mengembangkan wilayah kekuasaan hingga ke daratan Eropa, hingga Laut Hitam, dan Asia Timur. Bayezid digantikan oleh putranya, Selim I. Dalam waktu singkat, kekuasaan Utsmaniyah berhasil menjangkau Suriah, Mesopotamia (Iraq), Arab dan Mesir. Saat berada di Mekkah, Selim mengangkat dirinya sebagai khalifah, pemimpin seluruh umat Muslim. Dengan kekuasaan penuh atas dunia Arab, Selim memboyong para cendekiawan dan seniman untuk datang ke Konstantinopel, ibukota dinasti Utsmani yang direbut dari tangan Byzantium tahun 1453 silam. Selim I kemudian digantikan oleh putranya, Sulaiman I (1520-1566). Gebrakan Sulaiman pada masa awal pemerintahannya sungguh mengesankan. Setahun setelah memerintah, Beograd berhasil ditaklukkan. Setahun kemudian, 1522, giliran Rhodes yang jatuh ke tangan Utsmani, sementara itu kekuatan militer Hungaria dihancurkan. Tahun 1529, Afrika Utara berhasil direbut, disusul oleh Tripoli tahun 1551. Pada setiap kota utama yang ditaklukannya, Sulaiman menghiasinya dengan mesjid, aquaduk, jembatan dan berbagai fasilitas umum lainnya. Tapi karena terlalu gencar meluaskan kekuasaan, keadaan dalam negeri menjadi keropos. Banyak daerah yang berniat untuk melepaskan diri. Akhirnya setelah perang dunia I yang Turki termasuk negara kalah perang karena ada dalam satu blok dengan Jerman, Mustafa Kemal Pasha melakukan reformasi dan membubarkan kesultanan Turki diganti dengan Republik Sekuler.

Islam berkembang dengan pesat. Hampir sebagian besar dari bumi ini menjadi daerah kekuasaan Islam pada masa kejayaan dinasti-dinasti Islam. Wilayah tersebut membentang dari sebelah barat yaitu menyentuh samudera Atlantik, dan di sebelah timur sampai Cina. Tapi jika dari pengaruh secara agama, Islam benar-benar mencapai seluruh pelosok dunia. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dari sebuah kota kecil bernama Mekkah ini, benar-benar menjadi rahmatan lil Alamin pada akhirnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat. Banyak ilmuwan dan sarjana Islam yang berjasa dalam bidangnya. Sebut saja Ibnu Sina yang berjasa bagi ilmu pengetahuannya. Dialah orang pertama yang membuat ensiklopedi untuk bidang ilmu kedokteran. Bahkan ensiklopedi itu masih dijadikan referensi sampai sekarang. Kota-kota Islam seperti Damaskus dan Baghdag sempat menjadi pusat-pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan manusia. Tapi sekarang hal tersebut mengalami kemunduran. Setelah masa dinasti runtuh, Islam terpecah dalam negeri-negeri kecil. Negeri-negeri tersebut sangat mudah menjadi santapan negara-negara imperialis barat. Generasi Islam malas untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dahulunya sangat maju di dunia Islam. Banyak yang terlena dengan hanya mementingkan urusan akhirat saja. Tapi untuk kewajiban mencari ilmu dan rizki Allah di muka bumi ini tidak diabaikannya. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda Islam. Kita wajib untuk mengkaji terus ilmu pengetahuan dan mencari ilmu-ilmu baru yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan hidup umat manusia. Ingatlah bahwa Islam pernah jaya, dan abad ke-21 ini adalah momen tepat untuk kita mengembalikan kejayaan Islam itu. Tak ada kata terlambat. Dengan usaha dan izin dari Allah, Insya Allah Islam bisa kembali jaya dengan rasa toleransi sesama manusia

0 komentar: