halogen

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Halogen adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 17 atau VIIA pada sistem lama di tabel periodik. Kelompok ini terdiri dari: fluor (F), klor (Cl), brom (Br), iodium (I), astatin (At), dan unsur ununseptium (Uus) yang belum ditemukan. Halogen menandakan unsur-unsur yang menghasilkan garam jika bereaksi dengan logam. Istilah ini berasal dari istilah ilmiah bahasa Perancis dari abad ke-18 yang diadaptasi dari bahasa Yunani.
Dengan perkecualian He, Ne dan Ar semua unsur dalam tabel berkala membentuk halida. Halida ionik atau kovalen adalah senyawaan umum yang paling penting. Mereka paling mudah dibuat dan digunakan secara meluas bagi sintesis senyawa lain. Dalam hal ini suatu unsur mempunyai lebih dari satu valensi, halida sering kali dikenal sebagai senyawa yang paling baik dan paling mungkin berada dalam sekalian tingkat oksigen. Terdapat juga kimiawi senyawaan halogen yang luas dan beragam yaitu; senyawa fluor (F), teristimewa dalam hal F mengganttikan H secara sempurna dan memiliki sifat-sifat khas.
Untuk lebih jeles mengetahui tentang unsur halogen, maka dilakukanlah percobaan ini.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah bagaimana sifat fisik dan kima senyawa halogen dengan metode fluoresein dan garam halida

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini ialah untuk mengetahui sifat fisik dan sifat kimia senyawa halogen dengan metode fluoresein dan garam halida.
.
Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah untuk mengetahui perbedaan dari setiap unsur dari senyawa halogen dengan metode fluoresein dan garam halida.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Asal kata “halogen” adalah bahasa Yunani yang berarti produksi garam dengan reaksi langsung dengan logam, karena kereaktifannya yang sangat tinggi, halogen ditemukan di alam hanya dalam bentuk senyawa. Konfigurasi elektron halogen adalah ns2np5, dan halogen kekurangan satu elektron untuk membentuk struktur gas mulia yang merupakan kulit tertutup. Jadi atom halogen mengeluarkan energi bila menangkap satu elektron. Jadi, perubahan entalpi reaksi X(g) + e → X-(g) bernilai negatif. Walaupun afinitas elektron didefinisikan sebagai perubahan energi penangkapan elektron, tanda positif biasanya digunakan. Agar konsisten dengan perubahan entalpi, sebenarnya tanda negatif yang lebih tepat.
Atom hidrogen diantara unsur-unsur lain adalah atom yang teringan dan yang paling sederhana , terdiri dari satu proton dan satu elektron. Atom hidrogen mempunyai tiga isotop: 1H, 2H (deuterium: D) dan 3H (tritium T). sifat kimia dari ketiganya sama. Kemungkinan bentuk-bentuk molekulnya adalah H2, D2, T2, HD, HT dan DT. Dalam keadaan normal berbentuk gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak larut dalam air. Hidrogen dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur (kecuali dengan gas mulia) dan di alam kebanyakan merupakan senyawa-senyawa yang sangat penting terutama air dan senyawa-senyawa karbon.
Beberapa sifat umum dari hidrogen, diantaranya; 1). Termasuk gas yang tidak reaktif, diudara dapat terbakar dan menjadi air. Dengan halogen atau oksigen pada kondisi tertentu dapat bereaksi eksplosif. 2). Pada suhu tinggi dan dengan adanya katalis, bereaksi dengan nitrogen membentuk NH3. 3). Dengan logam elektropositif dan dengan bukan logam membentuk hidrida-hidrida. 4). Dengan katalis platina atau platina oksida dalam pelarut-pelarut organik (seperti alkohol dan asam asetat) hidrogen dapat mereduksi senyawa tidak jenuh menjadi jenuh, misalnya; aldehid menjadi alkohol, senyawa nitrogen menjadi amoniak amina dan sebagainya. 5). Reaksi dengan unsur transisi pada suhu rendah terjadi pemisahan heterolitik yaitu dengan H- yang terikat pada logam dan terbentuk H+, energinya disini sangat rendah (~30 kcal/mol). 6). Atom-atom hidrogen dapat terjadi pada bunga api, tabung muatan atau pada penyinaran ultraviolet dengan waktu paruh ~30 detik. Atom-atom ini sangat reaktif, pereduksi kuat dan dalam penggabungan kembali atom-atom ini dibebaskan banyak energi, 7). Energi disosiasinya cukup tinggi sehingga hidrogen pada suhu rendah tidak reaktif:
H2 2H ∆Ho = 103,2 kcal/mol.
Unsur-unsur golongan VII A dalam sistem periodik panjang terletak pada grup 17. Unsur-unsur golongan VII A terdiri dari lima unsur, yaitu fluorin (F), Klorin (Cl), bromin (Br), iodin (I) dan astatin (At). Semua golongan VII A merupakan unsur non logam dan sering disebut dengan unsur halogen atau pembentuk garam.
Hidrogen dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur (kecuali dengan gas mulia) dan di alam kebanyakan merupakan senyawa-senyawa yang sangat penting terutama air dan senyawa-senyawa karbon.
Halogen sangat reaktif yaitu dari fluor sampai astatin kereaktifanya sangat besar karena jari-jarinya sangat kecil sehingga mudah menarik elektron. Dari fluor (F) sampai astatin (At) titik didihnya semakin besar karena jari-jarinya kecil.
Bila dilihat dari perpindahan-perpindahan elektronnya yang mungkin terjadi dapat diketahui sifat kimia hidrogen dari tiga proses yaitu lepasnya elektron valensi, pengambilan satu elektron dan pembentukan ikatan pasangan elektron.
Dengan melepaskan elektron 1s terjadi ion H+ (proton) yang sangat kecil (r = 1,5 x 10-13 cm, ukuran atomnya: r = 10-10 cm), maka muatan proton ini berkemampuan mempengaruhi awan elektron atom-atom lain. Proton ini hanya ada dalam berkas ion gas dan dapat berasosiasi dengan atom atau molekul lain seperti ion hidronium H3O+ dan sebagainya. Pengambilan satu elektron adalah atom hidrogen yang dapat menerima satu elektron dan membentuk ion hidrida H- (sturktur He: 1s2), terutama dalam hidrida salin seperti: KH, CaH2 dan sebagainya, dari logam-logam yang sangat elektropositif. Kecuali itu terdapat pula hidrida-hidrida kompleks dari logam-logam transisi. Dalam pembentukan hidrida-hidrida ini bersifat elektropositif dari logam berkurang, sehingga didapat banyak sekali tingkat kovalen dari ikatan logam hidrogen itu. Maka tidak terdapat batas-batas yang jelas antara hidrida kompleks dan hidrida kompleks kovalen. Dan pembentukan ikatan pasangan elektron yaitu atom hidrogen membentuk struktur 1s dengan terjadinya ikatan pasangan elektron. Ikatan ini dapat homopolar seperti pada H2 atau heteropolar seperti pada HCl. Dengan elektronnya yang pemerisai dapat terjadi ikatan-ikatan lain, baik yang bersatu dengan hidrogen lagi atau dalam bentuk iktan lainnya, misalnya: 1). Terjadinya sejumlah senya dengan unsur-unsur logam yang kadang-kadang nonstoikiometri. Umumnya disebut hidrida, tetapi tidak dapat dianggap hidrida sederhana, karena senyawa itu hampir tidak mengandung ion hidrida. 2). Terjadinya ikatan jembatan hidrogen dalam senyawa-senyawa elektron-defisiensi (kekurangan elektron). Misalnya pada senyawa diboran (B2H6).
Afiinitas elektron klorin (348.5 kJmol-1) adalah yang terbesar dan fluorin (332.6 kJmol-1) nilainya terletak di antara afinitas elektron khlorin dan bromin (324.7 kJmol-1). Keelektronegatifan fluorin adalah yang tertinggi dari semua halogen. Karena halogen dihasilkan sebagai garam logam, unsurnya dihasilkan dengan elektrolisis. Fluorin hanya berbilangan oksidasi -1 dalam senyawanya, walaupun bilangan oksidasi halogen lain dapat bervariasi dari -1 ke +7. Astatin, tidak memiliki nuklida stabil dan sangat sedikit sifat kimianya yang diketahui. Fluorin memiliki potensial reduksi tertinggi (E = +2.87 V) dan kekuatan oksidasi tertinggi di anatara molekul halogen. Flourin juga merupakan unsur non logam yang paling reaktif, karena air akan dioksidasi oleh F2 pada potensial yang jauh lebih rendah (+1.23 V) gas flourin tidak dapat dihasilkan dengan elektrolisis larutan dalam air senyawa flourin. Karena itu, diperlukan waktu yang panjang sebelum unsur flourin dapat diisolasi, dan F. F. H. Moisson akhirnya dapat mengisolasinya dengan elektrolisis KF dalam HF cair. Sampai kini flourin masih dihasilkan dengan reaksi ini. Fluorin molekular memiliki titik didih yang sangat rendah. Hal ini karena kesukaran polarisasinya akibat elektronnya ditarik dengan kuat ke inti atom fluorin, karena keelektronegatifan fluorin sangat besar (χ=3.98) dan elektron bergeser ke F, keasaman yang tinggi akan dihasilkan pada atom yang terikat pada F, karena jari-jari ionik F- yang kecil, bilangan oksidasi yang tinggi distabilkan dan oleh karena itu, senyawa dengan bilangan oksidasi rendah seperti CuF tidak dikenal, tidak seperti senyawa seperti IF7 dan PtF6.
Florida dan logam alkali yang umum dan dari perak, merkutium dan nikel mudah larut dalam air sedangkan fluorida dari timbal, tembaga, besi (III), barium dan litium larut sedikit dan fluorida dari logam alkali tanah yang lainnya tidak larut dalam air. Pada suhu kamar gas hidrogen fluorida (HF) hamper sempurna mengalami demerisasi, maka rumusnya telah ditulis H2F2. Pada suhu yang tinggi (misalnya 90oC) gas ini berdisosiasi sempurna menjadi hidrogen fluorida monomer:
H2F2 2HF
Hasil yang sama cepat diperoleh dengan mencampurkan florida (F) padat dengan silika yang sama volumenya membuatnya menjadi pasta dengan asam sulfat pekat dan memanaskannya dengan berlahan-lahan maka, silikon florida dengan cepat dibebaskan.
Semua golongan halogen berada dalam bentuk diatomik dan cepat direduksi menjadi ion halida. Semuanya bereaksi dengan hidrogen membentuk gas, kecuali HF yang merupakan asam kuat. F2 berupa gas dan bersifat paling reaktif dan harus ditangani secara khusus.
Fluorin merupakan salah satu unsur halogen berbentuk gas (non logam) yang sangat reaktif, beracun, korosif, berbau menyengat dan tidak enak serta berwarna kuning kehijau-hijauan, karena merupakan unsur yang reaktif, maka fluorin depat membentuk beberapa jenis senyawa seperti hidrogen fluorid, natrium fluorid dan lain-lain. Dalam bentuk klorofluorokarbon (CFC) dapat digunakan sebagai Freon yang terdapat pada aerosol spray (misalnya dengan parfum) dan sebagai refrigerant. Dan fluor digunakan dalam industry minyak pelumas. Fluor memiliki massa atom 18, 99840 sma, jari-jari 0,57 Å dengan titik didih 85,0 K.
Khlorin, yang sangat penting dalam industri kimia anorganik, dihasilkan bersama dengan natrium hidroksida. Reaksi dasar untuk produksi khlorin adalah elektrolisis larutan NaCl dalam air dengan proses pertukaran ion. Dalam proses ini gas khlorin dihasilkan dalam sel di anoda dan Na+.
Klor (Cterdapat sebagai NaCl, KCl, MgCl dan sebagainya dalam air laut, danau bergaram dan sebagai deposit yang bersal dari penguapan prasejara danau bergaram. Klor (Cl) diperoleh melalui elektrolisis air laut dengan menggunakan anoda air raksa dimana natrium melarut:
Na+ + ℯ = Na
Cl = 1/2 Cl2 + ℯ
Kemudian natriumnya dihilangkan secara terpisah dengan mencuci amalgam dengan air, memberikan NaOH murni. Kecondongan prosedur ini adalah bahwa hilangnya raksa (Hg) merupakan bahaya polusi yang utama dan beberapa pabrik telah ditutup. Penggunaan elektroda ini menghasilkan larutan NaOH yang kurang murni.
Gas klorin berbau busuk (tidak enak) dan dalam jumlah yang besar gas ini cukup berbahaya bagi manusia, sebagai contoh gas ini digunakan sebagai racun pada perang dunia (1914-1919). Klorin merupakan salah satu unsur yang reaktif memiliki massa atom 35, 4527 sma, jari-jari 0,97 Å dan memiliki titik didih 239, 16 K, digunakan sebagai pembunuh kuman dalam air dan larutan klorin dapat pula digunakan sebagai pemutih.
Bromin merupakan unsur halogen yang beracun dan mudah menguap untuk membentuk molekul gas diatomik. Cairan bromin dapat menimbulka luka apabila kontak langsung dengan kulit dan luka tersebut sembuh dalam jangka yang lama. Bromin dapat larut dalam air dan sangat larut dalam pelarut-pelarut organik, seperti alkohol, eter, kloroform dan karbon disulfide. Selain itu juga bromin dapat membentuk senyawa-senyawa seperti (HBr), (HOBr) dan beberapa senyawa lainnya. D ialam bromin tidak terdapat dalam bentuk unsur bebas tetapi ditemukan dalam senyawa-senyawa bromida. Bromin memiliki sifat fisik yaiitu, jari-ajai atom Br 1,12 Å, masa atom 79,904 sma dan memiliki titik didih 331,85 K. Bromin digunakan untuk bahan obat celup dan untuk membuat senyawa dibromoetana (umumnya, ethylene bromida) yang digunakan sebagai bahan baku zat anti ketukan pada bensin bertimbal. Beberapa senyawa bromide, misalnya AgBr digunakan pada fotografi serta pada pengolahan gas alam dan minyak bumi.
Bromin atau Br2 adalah cairan coklat kemerah-merahan, cepat menguap membentuk gas merah kecoklatan dengan bau yang kuat. Walaupun Br2 tidak sereaktif F2 dan Cl2 tetapi masih cukup reaktif dan bereaksi dengan banyak unsur dan senyawa. Harus ditangani dengan hati-hati karena uapnya dapat menimbulkan iritasi pada mata. Biasanya penyimpanan dan pemakaiannya dilakukan dalam ruang asam.
Iodin atau I2 merupakan halogen yang kurang reaktif, tetapi membentuk senyawa dengan banyak unsur. iodin berupa padatan ungu kehitaman, cepat menyublin pada suhu kamar serta memberikan uap berwarna ungu. Iodine mempunyai sifat seperti metal dan senyawa iodine sangat penting dalam bidang kimia organik dan kesehatan.
Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut dan sebagai iodat dalam garam Chili (guano). Berbagai bentuk kehidupan laut mengkonsentrasikan iod. Produksi I2 menyangkut baik mengoksidasi I- ataupun mereduksi iodat menjadi min diikuti dengan oksidasi.
Bromida dan iodide mengganggu karena halogen yang akan dibebaskan, uji ini tidak bisa dipercaya dengan adanya ion kromat, sulfit, tiosulfat, iodat, sianida, tiosianat, heksasianoferat(II) dan (III). Semua anion ini dapat dihilangkan dengan menambahkan Ag2SO4 yang bebas nitrat dengan berlebih kepada satu larutan dalam air kemudian mengocok dengan keras selama 3 sampai 5 menit dan menyaring garam-garam perak yang tak larut.
Di alam iodium terdapat dalam bentuk senyawa-senyawa yang banyak tersebar di dalam air laut, tanah dan batuan. Selain itu iodin juga terdapat dalam jaringan tubuh organisme laut (misalnya dalam ganggang laut) dan dalam garam yang mengandung 0,2% natrium iodat (NaIO3). Iodin mempunyai massa atom 126,045 sma, jari-jari atomnya 1,2 Å dan memiliki titik didih 457,5 K.
Begitu banyak cara untuk menggolongkan halida, karena terdapat berbagai jenis halida. Halida biner bisa membentuk tatanan tidak terhingga dari molekul-molekul sederhana atau kompleks. Bagi senyawa ionik beberapa jenis kisi yang biasa dijadikan. Ada empat cara pembuatan halida, yaitu interaksi langsung unsur-unsur dengan halogen, dehidrasi dari halida terhidrat, perlakuan oksida dengan senyawa halogen lain dan pertukaran halogen. Kebanyakan unsur elektronegatif dan logam dalam tingkat oksidasi tinggi membentuk halida molekular. Zat ini adalah gas, cairan atau padatan mudah menguap dengan molekul-molekul yang hanya saling diikat oleh gaya Van Der Waals. Mungkin terdapat korelasi kasar antara menaikkannya derajat kovalen logam halogen dan menaikkannya kecenderungan pembentukan senyawa molekular. Jadi molekular kadang-kadang juga disebut halida kovalen. Penamaan molekular lebih disukai karena menyatakan faktanya. Pembentukan jembatan antara dua atom atau yang kurang sering, tiga atom lain merupakan masalah struktur yang penting. Antara dua atom logam, keadaan yang paling umum menyangkut dua atom halogen, namun contoh-contoh dengan satu dari tiga atom jembatan dikenal. Jembatan yang digunakan seperti itu diberikan sebagai melibatkan ikatan kovalen kapada satu atom logam dan donor pasangan elektron kepada yang lain seperti 20-I, namun data struktural memperhatikan bahwa kedua ikatan kapada setiap atom halogen jembatan adalah setara seperti dalam 20-II. Teori orbital molekkul menyediakan perumusan sederhana dan lentur dimana gugus M-X-M diperlukan sebagai gugus 3-pusat, 4-elektron.
Hidrida adalah kristal berwarna putih dan umumnya sangat reaktif. Dibuat langsung dari unsur-unsurnya pada suhu di atas 700oC. Hidrida dapat larut di dalam alkali halida, misalnya CaH2 larut dalam LiCl + KCl (360oC). LiH sendiri dapat dilelehkan tanpa mengalami penguraian.
Salah satu tes yang praktis untuk halogen bebas (Cl2, Br2 dan I2) adalah dengan kertas KI-Kanji. Kertas akan menjadi biru jika kontak langsung dengan halogen bebas. Iodin langsung membentuk warna biru, sedangkan Cl2 dan Br2 bereaksi dengan iodide dalam kertas membebaskan I2 dari iodide sehingga membentuk kompleks biru. Walaupun demikian, ini tidak spesifik untuk halogen bebas, karena banyak oksida lain seperti H2O, HNO2 dan KMnO4 akan membebaskan I2 dari iodide sehingga akan membentuk lapisan kompleks biru.
Fluorosein merupakan uji yang spesifik untuk Br2 dan I2. Cl2 juga dapat dideteksi jika halogen lain tidak ada. Dye kuning akan bereaksi dengan Br2 bebas membentuk eosin merah (tetrabromofluorosein), sedangkan I2 akan membentuk erytrosin yang berwarna kuning kemerahan (tetraiodofluorosein). Cl2 bereaksi tidak langsung dengan fluorosein. Akan tetapi, jika digunakan campuran KBr dan fluorosein, maka Cl2 akan mengoksidasikan KBr menghasilkan Br2 membentuk eosin merah. Jadi fluorosein merupakan tes tidak langsung untuk Cl2.
sampel air sumur gali ditentukan dengan metode Analisis Pengaktifan Neutron (APN). Prinsip APN adalah inti atom unsur-unsur yang terkandung dalam sampel tersebut menangkap neutron sehingga menjadi radioaktif dan memancarkan sinar gamma, sehingga dapat dideteksi menggunakan spektrometri gamma.Brom dalam besaran dosis diserap manusia melalui makanan dan minuman ataupun pernafasan, bersifat korosif terhadap jaringan tubuh dan asapnya mengakibatkan iritasi pada mata dan tenggorokan. Efek kesehatan yang paling utama adalah mal fungsi dari sistem syaraf dan gangguan materi genetik. Brom juga menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh seperti hati, ginjal, paruparu, limfa, mal fungsi pada saluran pencernaan dan gangguan perut.




BAB III
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : senin/10 April 2011
Pukul : 08.00 – 11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Anorganik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu:
Gelas kimia 400 mL 2 buah
Gelas kimia 250 mL 1 buah
Pembakar bunsen 1 buah
Botol semprot 1 buah
Tabung reaksi 6 buah
Pipet skala 3 mL 3 buah
Pipet tetes 2 buah
Gegep kayu 1 buah
Gunting 1 buah
Pinset 2 buah
Rak tabung 1 buah
Sikat tabung 1 buah

Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
Aquades
Ketras saring
Larutan fluorosein
Larutan fluorosein KBr
Larutan kalium iodida (KI) 10%
Larutan natrium bromide (NaBr) 0,05 M
Larutan natrium klorida (NaCl) 0,05 M
Larutan perak nitrat (AgNO3) 0,05 M
Larutan timbal nitrat ( Pb(NO3)2 )0,05 M
Tissue

Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Uji halogen bebas
Mengamati secara fisik (I2) dan (Br2) pada suhu ruang.
Menguji halogen bebas.
Setelah larutan uji (netral) ditteteskan pada kertas fluorosein. Jika terbentuk titik berwarna merah, maka (Br2) atau (I2) bebas ada. (tes ini tidak dapat membedakan halogen yang ada).
Jika reaksi negatif, teteskan larutan pada kertas KBr-fluorosein. Jika klorida (Cl) ada akan terbentuk warna merah.

Pembuatan garam halide
Kedalam tabung reaksi yang berisi 1 mL NaCl menembahkan 1 tetes larutan larutan perak nitrat (AgNO3).
Kedalam tabung reaksi yang berisi 1 mL NaCl menembahkan 1 tetes larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2), kemudian memanaskan.
Kedalam tabung reaksi yang berisi 1 mL NaBr menembahkan 1 tetes larutan perak nitrat (AgNO3).
Kedalam tabung reaksi yang berisi 1 mL NaBr menembahkan 1 tetes larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2).
Kedalam tabung reaksi yang berisi 1 mL KI menembahkan 1 tetes larutan perak nitrat (AgNO3).
Kedalam tabung reaksi yang berisi 1 mL KI menembahkan 1 tetes larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2).









BAB VII
HASIL DAN PEMBAHAS
Hasil Pengamatan
Uji Halogen Bebas
Kertas fluoresein ditotolkan KI % bercak merah muda pada kertas saring.
Kertas fluoresein ditotolkan NaBr 0,05 M bercak hijau pada kertas saring.
Kertas fluoresein KBr ditotolkan KI % bercak biru pada kertas saring.
Kertas fluoresein KBr ditotolkan NaBr 0,05 M bercak biru pada kertas saring.

Pembuatan Garam Halida
No. Nama sampel Perlakuan Hasil (perubahan yang terjadi)
1. Larutan NaCl 0,05 M 1 mL larutan NaCl (tak berwarna) + 1 tetes larutan AgNO3 0,05 M (tak berwarna) Larutan keruh
2. Larutan NaCl
0,05 M 1 mL larutan NaCl (tak berwarna) + 1 tetes larutan Pb(NO3)2 0,05 M (tak berwarna) + pemanasan Larutan agak keruh
3. Larutan NaBr
0,05 M 1 mL larutan NaBr (tak berwarna) + 1 tetes larutan AgNO3 0,05 M (tak berwarna) Larutan keruh
4. Larutan NaBr
0,05 M 1 mL Larutan NaBr (tak berwarna) + 1 tetes larutan Pb(NO3)2 0,05 M (tak berwarna Larutan agak keruh
5. Larutan KI 10% 1 mL larutan KI 10% tak berwarna) + 1 tetes larutan AgNO3 0,05 M (tak berwarna) Larutan agak keruh
6. Larutan KI 10% 1 mL larutan KI 10% tak berwarna) + 1 tetes larutan Pb(NO3)2 0,05 M (tak berwarna Larutan kuning dan ada endapan kuning









Halogen bebas

Kertas Fluoresein Kertas Fluoresein KBr

Pembuatan Garam Halida



Reaksi
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
(putih)
2NaCl + Pb(NO3)2 PbCl2 + 2NaNO3
NaBr + AgNO3 AgBr + NaNO3
2NaBr + Pb(NO3)2 PbBr2 + NaNO3
KI + AgNO3 AgI + KNO3
2KI + Pb(NO3)2 PbI2 + 2KNO3
(kuning)



Pembahasan
Adapun pembahasan dari percobaan ini ialah halogen merupakan golongan 17 atau VIIA pada unsur periodik yang terdiri dari F, Cl, Br, I dan At. Bahan yang digunakan sebagai sampel adalah (KI) 10%, (NaBr) 0,05 M, (NaCl) 0,05 M, larutan fluoresein dan larutan fluorosein-KBr.
Pada uji halogen bebas digunakan kertas Fluoresein dan kertas Fluoresein KBr sebagai penguji. Sebelum menguji KI dan NaBr kertas fluoresein dibuat dengan cara mencelupkan kertas saring pada larutan fluoresein yang berwarna kuning kemudian dikeringkan, hal serupa dilakukan pada fluorosein-KBr dimana kertas saring dicelupkan pada larutan KBr yang berwana kuning orange kemudian dikeringkan. Perbedaan kedua kertas tersebut ialah kertas fluoresein lebih spesifik dalam penngujian Br2 dan I2. Sedangkan pada fluorosein KBr lebih spesik dalam pengujian Cl2.
Setelah kedua kertas kering, barulah pengujian dilakukan yaitu pertama kertas fluoresein ditotolkan dengan larutan KI 10% menghasilkan bercak merah muda pada kertas, kemudian ditotolkan dengan larutan NaBr 0,05 M menghasilkan bercak hijau pada kertas. Pada fluoresein KBr larutan KI 10% yang ditotolkan menghasilkan bercak warna biru pada kertas dan menghasilkan bercak warna biru pada saat larutan NaBr ditotolkan. Dari hasil warna bercak yang ditimbulkan menandakan bahwa terdapat senyawa halogen pada larutan yang diuji.
Pada pembuatan garam halida 0,05 M NaCl sebanyak 1 mL ditambahkan satu tetas AgNO3 0,05 M dimana masing-masing larutan tak berwarna menghasilkan warna larutan keruh dan 1 mL NaCl 0,05 M yang ditambahkan dengan satu tetes larutan Pb(NO3)2 0,05 M tak berwarna kemudian dipanaskan menghasilkan larutan agak keruh. Pada NaBr 0,05 M sebanyak 1 mL larutan tak berwarna ditambahkan dengan satu tetas AgNO3 0,05 M menghasilkan warna larutan keruh dan 1 mL NaBr 0,05 M yang ditambahkan dengan satu tetes larutan Pb(NO3)2 0,05 M menghasilkan larutan agak keruh. Sedangkan pada larutan KI 10% yang tidak berwarna menghasilkan warna larutan menjadi agak keruh setelah diitambahkan satu tetas AgNO3 0,05 M dan menghasilkan warna larutan kuning dan terdapat endapan setelah ditambahkan satu tetes larutan Pb(NO3)2 0,05 M.
Adapun beberapa alat yang digunakan diantaranya gelas kimia yang digunakan sebagai penampung dan wadah untuk larutan fluoresein dan larutan fluoresein-KBr, pingset digunakan untuk menjepit kertas saring yang dicelupkan pada larutan fluoresein dan larutan fluoresein-KBr dan pipa yang digunakan untuk mentotolkan larutan pada kertas saring. Tabung reaksi sebagai wadah untuk mereaksikan larutan, pipet tetes dan pipet skala untuk mengambil larutan dalam jumlah tertentu dan gegep digunakan sebagai penjepit tabung reaksi ketika dipanaskan pada pembakar bunsen serta rak tabung untuk tempat berdirinya tabung reaksi.
Hasil yang diperoleh dari uji halogen bebas sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa larutan yang mengandung Iodin (I2) akan menimbulkan bercak merah muda pada kertas saring dan adanya Bromin (Br2) ditandai dengan terbentuknya bercak hijau pada kertas fluoresen sedangkan pada kertas fluoresein-KBr akan terbentuk bercak biru pada kertas saring jika terdapat Iodin (I2) dan Bromin (Br2) pada suatu larutan.
Pada pembuatan garam halida juga diperoleh hasil yang positif sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa larutan NaCl yang diteteskan dengan larutan AgNO3 menyebabkan larutan berubah menjadi keruh dan larutan NaCl yang ditambahkan dengan larutan Pb(NO3)2 akan menghasilkan warna agak keruh pada larutan setelah dipanaskan, pada larutan NaBr yang ditetesi dengan larutan AgNO3 menghasilkan warna keruh pada laruan dan tampak agak keruh pada larutan NaBr setelah ditetesi dengan larutan Pb(NO3)2, dan pada larutan KI setelah ditetesi dengan larutan AgNO3 akan tampak warna agak keruh pada larutan dan akan timbul endapan warna kuning pada larutan setelah larutan KI ditetesi dengan larutan Pb(NO3)2




BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini ialah pada kertas fluoresein terdapat bercak merah muda pada kertas yang menandakan adanya iodin ( I ) pada larutan dan bercak hijau pada kertas yang menandakan adanya Bromin (Br) pada larutan dan pada kertas fluoresein-KBr terdapat bercak biru pada kertas yang membuktikan bahwa halogen positif pada NaBr dan KI.

Saran
Adapun saran dari percobaain ini adalah sebaiknya pada uji halogen bebas peralatan yang diperlukan dilengkapi dan sampel yang digunakan bisa ditambah lebih banyak.










DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zeanal. 2009. Analisis Kandungan Brom (Br) Pada Air Sumur Gali Di
Desa Klampok Kabupaten Brebes Jawa Tengah Dengan Metode Analisis Pengaktifan Neutron. STTN: Yogyakarta.

Anonim a. 2008. Chem-Is-Try.Org Situs Kimia Indonesia. Diakses pada tanggal 09 April 2011: Makassar.

Anonim b. 2011, Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. Diakses pada tannggal 09 April 2011: Makassar.

Cotton, Albert. F. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta.

HS, Syamsidar. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Universitas Islam Negeri Alauddin: Makassar.

Kuswadi, Didi. 1985. Kimia Organik jilid 2. Tarseto: Bandung.

Sunardi, 2006. Insur Kimia Deskripsi dan Pemanfaatannya. CV. Yrama Widya: Bandung.

Svehla, 1985. Vogel II Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimakro. PT. Kalman Media Pustaka: Jakarta.

0 komentar: