BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sehari-hari memang begitu banyak melibatkan bahan-bahan
kimia, baik dalam bentuk makanan, produk industri, alat-alat rumah
tangga bahkan sampai obat-obatan untuk kesehatan. Namun tak jarang ada
beberapa bahan kimia yang masih kurang layak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, entah itu karena pengolahannya yang kurang baik, ataupun
kemurniannya yang belum sesuai dosis kesehatan manusia.
Dalam ilmu kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua
atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia.
Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak
murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur
dengan senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa
kimia yang memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau
proses produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, Proses
pemisahan perlu dilakukan.
Salah satu contoh senyawa kimia yang dimurnikan adalah pada pemurnian
garam natrium klorida (NaCl), garam ini sangat familiar di masyrakat dan
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai penambah cita rasa
makanan, juga sebagai bahan pengawet. Tetapi dalam proses pembuatannya
sangatlah tradisional dan umumnya tanpa melalui uji kualiti kontrol
laboratorium kimia, tentunya dalam garam-garam natrium klorida (NaCl)
tradisional terdapat banyak zat-zat pengotor ataupun garam-garam klorida
lainnya, dengan kata lain garam natrium klorida (NaCl) tidaklah murni.
Lewat pemaparan di atas maka perlulah dilakukan percobaan permurnian
garam natrium kloririda (NaCl), yang dapat dilakukan dengan proses
rekristalisasi garam.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah bagaimana teknik pemurnian garam natrium klorida (NaCl)?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini ialah untuk mengetahui teknik pemurnian garam natrium klorida (NaCl).
D. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini ialah dapat mengetahui teknik pemurnian garam natrium klorida (NaCl).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa-senyawa natrium (Na) banyak yang merupakan kebutuhan pokok
industri. Ditinjau dari kandungan natriumnya (Na), kebanyakan senyawa
itu berasal dari garam biasa. Di lain pihak, natrium (Na) dapat pula
dianggap hanya sebagai pembawa daripada anion yang lebih efektif dalam
garam itu yang merupakan gugus yang lebih penting bagi industri yang
bersangkutan. Sebagai contoh pada natrium sulfida (Na2S), bagian yang
terpenting adalah sulfidanya. Demikian pula dalam hal natrium tiosulfat
(Na2SO3) dan natrium silikat (Na2Si). Terkadang yang digunakan adalah
garam kalium (K) yang sejenis, tetapi biasanya garam natrium (Na) lebih
murah biaya pembuatannya, khusussnya untuk kemurnian yang memadai bagi
keperluan industri. Garam dapat diperoleh dengan tiga cara yaitu
penguapan air laut dengan sinar matahari di pesisir pasifik atau dari
air danau asin di daerah barat, penambahan batuan garam (rock salt) dan
dari sumur air garam (brines).
Natrium klorida (NaCl) mengkristal dalam bentuk kubus pusat muka (face
centered cube, fcc). Untuk membayangkan bentuk ini perhatikan saja
posisi salah satu ion-ion yang sama, ion-ion natrium (Na+) saja atau
ion-ion klorida (Cl-) saja pada sistem satu unit sel kristal. Pada model
kemas rapat natrium klorida (NaCl) terlihat delapan ion klorida (Cl-)
(lingkaran terang-besar) menempati kedelapan sudut suatu kubus, enam ion
klorida (Cl-) yang lain (lingkaran berbintik-besar) menempati ke enam
pusat muka kubus ini. Jika kubus tersebut diperluas/diperpanjang dengan
tambahan masing-masing satu muka lagi ke arah horizontal dan vertikal,
maka akan terlihat bahwa setiap ion natrium (Na+) sesungguhnya menempati
pusat setiap bangun oktahedron ion klorida (Cl-). Dengan demikian
kristal natrium klorida (NaCl) dapat dikatakan mempunyai bangun
kemas-rapat kubus pusat muka ion klorida (Cl-) dengan ion natrium (Na+)
yang lebih kecil menempati rongga oktahedral. Selain itu, perluasan
bangun ini juga akan memperlihatkan adanya bentuk kubus pusat muka yang
dibangun oleh ion-ion natrium (Na+) seperti halnya dibangun oleh
ion-ion klorida (Cl-). Oleh karena itu, kisi kristal natrium klorida
(NaCl) merupakan dua kisi kubus pusat muka yang saling tertanam di
dalamnya (interpenetrasi).
Garam dapur atau natrium klorida (NaCl). Zat padat berwarna
putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut.
Juga dapat dengan netralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCl nyaris tak
dapat larut dalam alkohol, tetapi larut dalam air sambil menyedot panas,
perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal, suatu
garam yang tak mengandung hidrogen atau gugus hidroksida yang dapat
digusur. Larutan-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral
terhadap indikator semisal lakmus. Garam rangkap; yang terbentuk lewat
kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih
garam tertentu. Misalnya: FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan K2SO4Al4(SO4)3.24H2O.
Dalam larutan, garam ini merupakan campuran berupa ion sederhana yang
akan mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam
kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam laruta.
Natrium klorida (NaCl) merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan
oleh masyarakat dalam pengolahan makanan dan bahan baku dalam berbagai
industri kimia. Industri kimia yang paling banyak menggunakan natrium
klorida (NaCl) sebagai bahan bakunya adalah industri klor alkali. Produk
utama dari industri ini adalah klorin (Cl- ) dan natrium hidroksida
(NaOH), yang banyak dibutuhkan oleh industri lain, seperti industri pulp
dan kertas, tekstil, sabun dan pengolahan air limbah. Teknologi terbaru
yang digunakan dalam industri klor alkali adalah elektrolisa larutan
garam (brine). Teknologi ini digunakan karena harga bahan baku lebih
murah, kemurnian produk lebih tinggi, tekanan dan temperatur operasinya
rendah. Proses elektrolisa larutan garam umumnya menggunakan sel membran
karena dibandingkan dengan sel diafragma dan sel merkuri, sel membran
dapat menghasilkan produk elektrolisa dengan kemurnian lebih tinggi.
Tetapi kelemahan dari sel membran itu sendiri adalah larutan garam yang
diumpankan ke elektrolizer harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Sampai
saat ini pemisahan garam dari impuritasnya masih menjadi permasalahan
yang cukup serius dalam industri klor alkali, terutama karena harus
sering dilakukan penggantian sel membran dalam elektrolizer untuk dapat
mengantisipasi kegagalan proses. Ada tiga macam pengaruh endapan
terhadap membran, yaitu turunnya produksi akibat turunnya efisiensi
membran, naiknya power listrik akibat naiknya tahanan membran dan
turunnya umur membran.
Oleh karena itu diperlukan proses pemurnian larutan garam dari
impuritasnya sebelum diumpankan ke elektrolizer. Proses pemurnian ini
bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi dari sel elektrolitik yang
dilakukan dengan cara menghilangkan impuritas seperti ion kalsium
(Ca2+) dan magnesium (Mg2+) yang terdapat dalam larutan garam.
Impuritas-impuritas tersebut dapat bereaksi dengan ion karbonat (CO32-)
sehingga akan membentuk endapan putih yaitu kalsium karbonat (CaCO3).
Endapan-endapan yang terbentuk akan menutupi permukaan membran sehingga
akan menghambat penyeberangan ion natrium (Na+) dari anoda ke katoda.
Baku mutu larutan garam sebagai umpan elektrolizer adalah natrium
klorida (NaCl) 300 ± 20 gram/ liter, ion kalsium (Ca2+) 10 ppm. Untuk
penghilangan impuritas dari produk garam dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain dengan resin penukar ion. Akan tetapi proses ini
memerlukan biaya yang besar untuk biaya pembelian dan regenerasi resin.
Oleh karena itu digunakan senyawa kimia yaitu natrium karbonat (Na2CO3)
yang harganya lebih murah. Dengan penambahan natrium karbonat (Na2CO3)
dalam larutan garam akan terbentuk endapan kalsium karbonat (CaCO3) yang
nantinya akan dipisahkan dalam larutan sehingga ion kalsium (Ca+) yang
masih tersisa dalam larutan akan memenuhi baku mutu sebagai umpam
elektroliser.
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu
elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl−. Garam
dari asam hidroklorida HCl mengandung ion klorida; contohnya adalah
garam meja, yang disebut Natrium klorida dengan rumus kimia NaCl. Dalam
air, senyawaini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl−. lebih atom klornya
memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti klorida dapat berupa
senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana dari suatu
klorida anorganik adalah hydrogen klorida(HCl), sedangkan contoh
sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana(CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses
perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis
proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi.
Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya
operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran
yang tidak dapat dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti
pemisahan minyak bumi), proses pemisahan kimiawi harus dilakukan.
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun
campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau
campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu campuran heterogen
dapat
mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair, padat-gas,
cair-cair, cairgas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagainya.
Pada berbagai kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus
dikombinasikan untuk mendapatkan hasil
pemisahan yang diinginkan.
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat dimana
zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan
kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu
jika suhu diperbesar. Karena konsentrasi total biasanya lebih kecil dari
konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi yang
rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi
akan mengendap. Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi
pengendapan.
Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan
merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam
larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan
zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi
molal dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan,
konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi
pelarutnya.
Pada dasarnya pembuatan garam dari air laut terdiri dari langkah-langkah
proses pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan pemisahan garamnya
(dengan kristalisasi). Bila seluruh zat yang terkandung
diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-macam zat
yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga
beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses
kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi total”.
Bila terjadi kristalisasi komponen garam tersebut diatur pada
tempat-tempat yang berlainan secara berturut-turut maka dapatlah
diusahakan terpisahnya komponen garam yang relatif lebih murni. Proses
kristalisasi demikian disebut kristalisasi bertingkat. Untuk mendapatkan
hasil garam natrium klorida yang kemurniannya tinggi harus ditempuh
cara kristalisasi bertingkat, yang menurut kelakuan air laut, tempat
kristalisasi garam (disebut meja garam) harus mengkristalkan air pekat
dari 25°Be sehingga menjadi 29°Be, sehingga pengotoran oleh gips dan
garam-garam magnesium dalam garam yang dihasilkan dapat
dihindari/dikurangi.
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang
terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan
dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara
yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan. Contoh proses
kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan garam dapur
(NaCl) dari air laut. Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak,
kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses
penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur
dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih
diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali) Contoh lain
adalah pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu dihancurkan dan
diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan penguap hampa
udara sehingga air tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan
terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga
diperoleh gula putih atau gula pasir.
Teknik ini melibatkan pelarutan padatan kotor dalam volume minimum
pelarutan panas dan penyaringan untuk memindahkan pengotor yang tidak
larut. Hasil larutan jenuh panas dari pada senyawa, bersama dengan suatu
pengotor larut. Diatur sedemikian sehingga dingin pelan-pelan, dimana
kristal senyawa murni yang terbentuk akan terpisah dari larutan. Larutan
yang tersisa setelah kristalisasi biasanya disebut mother liquor.
Proses kristalisasi adalah suatu proses kesetimbangan molekul dalam
larutan ada dalam kesetimbangan dengan kisi-kisi kristalnya. Karena
kisi-kisi kristal lebih teratur, berbeda dengan molekunya, seperti
pengotor, akan dikeluarkan dari kisi-kisi dan akan kembali dalam
kisi-kisi kristal dan pengotornya akan kembali kelarutan. Untuk
berhasilnya kristalisasi, larutan harus dibiarkan dingin dengan
pelan-pelan, dan proses kesetimbangan dimana pengeluaran pengotor
dibiarkan terjadi. Jika larutan didinginkan dengan cepat,
molekul-molekul pengotor diperangkap atau terliputi di dalam pertumbuhan
kisi-kisi kristal yang tepat. Pembentukan padatan yang cepat dari
larutan adalah pengendapan dan tidak sama dengan kristalisasi.
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan
datar. Karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada
dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan menduga
bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara
simetris.
Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal,
yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau
struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal
terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.
Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan
polikristal.
Struktur kristal yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada
kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan
ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai
kristalisasi. Kristal bismut.Meski proses pendinginan sering
menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya bisa
membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi
karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat
mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan
amorf atau seperti gelas. Terkadang bahan seperti ini juga disebut
sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan
gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis
(Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini banyak
ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan.
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian
besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran
kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk
selamaberlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan
mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan
turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan.
Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus,
oktahedron, atau jarum-jarum sangat menguntungkan, karena mudah dicuci
setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang
mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk
(mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan
yang terdiri dari kristal-kristal demikian, pemisahan kuantitatif lebih
kecil kemungkinannya bisa tercapai.
Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke
dalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan
konsentrasi molal dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu,
tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan
komposisi pelarutnya.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini afalah sebagai berikut :
Hari : Senin, 06 Juni 2011
Waktu : Pukul 08.00- 10.30 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan padsa praktikum ini adalah sebagai berikut:
Pembakar bunsen 2 Buah
Gelas kimia 400 mL 1 Buah
Erlemeyer 250 mL 1 Buah
Corong 1 Buah
Gelas ukur 50 mL 1 Buah
Pipet volume 5 mL 1 buah
Cawan 1 Buah
Batang pengaduk 1 Buah
Kaki tiga 2 Buah
Kasa asbes 2 Buah
Pipet tetes 1 Buah
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Aquadest (H2O)
Air laut
Barium hidroksida [Ba(OH)2} 0,1 M
Kalsium oksida (CaO)
Garam dapur
Asam klorida (HCl) 0,1 N
Amonium karbonat [(NH4)2CO3] 1 M
Lakmus biru dan merah
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Perlakuan awal
Memanaskan aquadest sebanyak 250 ml dalam gelas beaker yang telah
ditimbang, sampai mendidih untuk beberapa saat, menimbang 40 gram garam
dapur.
Memasukkan air panas ke dalam garam, kemudian memanaskannya lagi sampai mendidih, kemudian menyaringnya.
Kristalisasi melalui penguapan
Menambahkan 1 gram kalsium oksida (CaO) ke dalam larutan.
Menambahkan setetes demi setetes Ba(OH)2 sampai tidak terbentuk lagi endapan.
Secara terus menerus setetes menambahkan 30 gram per liter (NH4)2CO3.
Menyaring larutan dan menetralkan filtratnya dengan HCl encer, menguji dengan kertas lakmus.
Menguapkan larutan sampai kering, sehingga diperoleh Kristal NaCl yang berwarna lebih putih daripada garam dapur asal.
Menimbang Kristal dan menghitung rendemen rekristalisasi NaCl yang telah dilakukan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Pada air laut
Air laut 100 mL dipanaskan larutan (tak berwarna) disaring
filtrat air laut + CaO 0,1 g → larutan (tak berwarna) + Ba(OH)2 0,1 M
→ larutan (tak berwarna) + HCl 0,1 M (hingga netral) → larutan (tak
berwarna) uapkan kristal garam timbang 3,7249 g NaCl.
Pada larutan garam
Aquades 100 mL dipanaskan larutan (tak berwarna) + 40 g garam dapur
→ larutan + CaO 0,1 g → larutan (tak berwarna) +
Ba(OH)2 0,1 M → larutan (tak berwarna) + HCl 0,1 M (hingga
netral) → larutan (tak berwarna) disaring larutan (tak berwarna)
diuapkan kristal garam timbang 15,7650 g NaCl.
B. Analisa data
Dik Berat awal = 40 gram
Berat akhir = 15,760 gram
Dit Berat rendemen..?
Penyelesaian
Berat rendemen = (Berat akhir)/(Berat awal) x 100 %
=(15,760 gram)/(40 gram) x 100 %
= 3,94 %
C. Reaksi
NaCl + H2O → Na+ + Cl-
Na+ + Cl- + CaO + Fe2+ → NaCl + Fe(OH)
CaCl2 + Ba(OH)2 → BaCl2 + Ca(OH)2
BaCl2 + (NH4)2CO3 → 2NH4Cl + BaCO3
D. Pembahasan
Pada percobaan pemurnian garam dapur ini yaitu menggunakan metode
rekristalisasi. Metode rekristalisasi merupakan salah satu cara
pemurnian zat padat yang banyak digunakan, dimana zat-zat tersebut
dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Natrium
klorida (NaCl) merupakan komponen utama penyusun garam dapur. Komponen
lainnya merupakan pengotor biasanya berasal dari ion-ion kalsium (Ca2+)
dan magnesium (Mg2+)
Percobaan ini dapat diamati pada garam kasar akan dilarutkan ke dalam
air panas. Sehingga natrium klorida (NaCl) akan terionisasi dalam air.
Kemudian larutan tersebut dipanaskan sampai mendidih agar garam natrium
klorida (NaCl) lebih larut sempurna, setelah dipanaskan larutan tersebut
disaring. Pada proses kristalisasi, dapat dilihat pada penambahan
kalsium oksida (CaO) pada filtratnya, fungsi penambahan kalsium oksida
(CaO) tersebut yaitu untuk mengikat pengotor yang ada pada garam dapur.
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan barium hidroksida [Ba(OH)2]
tetes demi tetes sampai tidak terbentuk endapan. Fungsi penambahan
barium hidroksida [Ba(OH)2] yaitu untuk melarutkan garam kalsium klorida
(CaCl2) yang terbentuk dari penambahan kalsium oksida (CaO) dan
membentuk garam barium klorida (BaCl2). Penambahan terakhir yaitu
pelarut amonium karbonat (NH4)2CO3 secara terus menerus tetes demi tetes
sampai seluruh ion kalsium (Ca2+) dan logam lain mengendap membentuk
garam kalsium karbonat (CaCO3), hingga tidak terbentuknya lagi endapan
tersebut. Setelah penambahan ketiga pelarut tersebut, maka larutan itu
disaring dengan tujuan untuk memisahkan zat-zat pengotor yang terikat
dengan pelarut sehingga tersuspensi. Filtrat yang dihasilkan dari
penyaringan tersebut dinetralkan dengan asam klorida (HCl) karena
larutan garam sudah bersifat basa akibat dari penambahan barium
hidroksida (Ba(OH)2) yang berlebih dan terbentuknya amonium hidroksida
(NH4OH) sehingga larutan tersebut dinetralkan agar dapat beraksi. Untuk
menguji kenetralan larutan itu, dapat menggunakan kertas lakmus. Setelah
larutan netral, maka larutan garam tersebut dipanaskan sehingga
diperoleh kristal natrium klorida (NaCl) murni yang berwarna lebih putih
dari pada garam asal. Karena melalui pemanasan serta pelarutan
menyebabkan ikatan-ikatan antar ion (pengotor) dalam kisi kristal
sebagian besar putus dan tidak lagi terdapat dalam bentuk bongkahan.
Berat natrium klorida yang diperoleh setelah pemanasan yaitu sebesar
15,760 gram dan persentase (%) rendamen natrium klorida (NaCl) yang
diperoleh yaitu sebesar 3,94 %.
Selanjutnya proses kristalisasi pada air laut bahan-bahan yang digunakan
juga sama pada larutan garam. Perlakuan awal yang dilakukan yaitu
memanaskan air laut hingga mendidih kemudian disaring dengan menggunakan
kertas saring, selanjutnya menambahkan kalsium oksida (CaO) pada
filtratnya. funsi dari penambahan kalsium oksida (CaO) yaitu untuk
mengikat pengotor yang ada pada larutan.
Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan barium hidroksida [Ba(OH)2]
tetes demi tetes sampai tidak terbentuk endapan. Fungsi penambahan
barium hidroksida [Ba(OH)2] yaitu untuk melarutkan endapan pada larutan.
Penambahan terakhir yaitu pelarut amonium karbonat (NH4)2CO3 secara
terus menerus tetes demi tetes sampai seluruh ion kalsium (Ca2+) dan
logam lain mengendap membentuk garam kalsium karbonat (CaCO3), hingga
tidak terbentuknya lagi endapan tersebut. Setelah penambahan ketiga
pelarut tersebut, maka larutan itu disaring dengan tujuan untuk
memisahkan zat-zat pengotor yang terikat dengan pelarut.
Filtrat yang dihasilkan dari penyaringan tersebut dinetralkan dengan
asam klorida (HCl) karena larutan garam sudah bersifat basa akibat dari
penambahan barium hidroksida (Ba(OH)2) yang berlebih dan terbentuknya
amonium hidroksida (NH4OH) sehingga larutan tersebut diusahakan netral
agar dapat beraksi. Untuk menguji kenetralan larutan tersebut, dapat
menggunakan kertas lakmus. Setelah larutan netral, maka larutan garam
tersebut diuapkan hingga kering sehingga diperoleh kristal natrium
klorida (NaCl) murni yang berwarna lebih putih.
Garam dapur sebelum pemurnian Garam dapur setelah pemurnian
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
rendamen yang diperoleh setelah rekristalisasi ialah sebesar 3,94 %.
B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya untuk melakukan pemurnian
garam dapur (NaCl) dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut yang lain
seperti natrium karbonat (Na2CO3).
DAFTAR PUSTAKA
Austin, George T. Shreve’s Chemical Process Industries (Industri Proses
Kimia), terj. E. Jasjfi, edisi revisi, Cet.1, Jakarta: Erlangga. 1996.
Keenan, C.W. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 1999.
Kristal. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/kristal. (4 Juni 2011).
Lesdantina, Dina. “Seminar Tugas Akhir S1 Teknik Kimia UNDIP”, Pemurnian
NaCl dengan Menggunakan Natrium Karbonat, Jurusan Teknik Kimia,
Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Tembalang Semarang (2009).
http\\:www.clicktoconvert.com (30 Maret 2010).
Lindawati. “Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Pemanasan Terhadap Kadar
Iodium Dalam Garam Beriodium”. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
2006.
Panjaitan, Rumintang Ruslinda. “Research Of Chloride Test In Sulphate Acid Commodity”. Yogyakarta: UGM Yogyakarta. 2008.
Pemisahan Campuran. 2009. http://www.wikipedia.pemisahan.com. (4 Juni 2011).
Purbani, Dini. Proses Pembentukan Kristalisasi Garam, www.http://kristalisasi.html, 2008. (4 Juni 2011).
Salim, “rekristalisasi”. http:// rekristalisasi/agus_salim.htm, 02/03/2009 (12 Mei 20011).
Sugiarto, Kristian Handoyo. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 2001.
Zenta, Firdaus, Teknik Laboratoriun Kimia Organik (Makassar: Jurusan kimia FMIPA Universitas Hasanuddin,1990),
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar:
infonya bagus..
terimah kasih telah mengomentari artikel ini...
Post a Comment