BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Dikenal
ada dua jenis garam, garam asam dan garam rangkap. Garam asam merupakan
garam yang berasal dari asam dimana sebagian atom H diganti dengan
gugus asam.garam rangkap merupakan yang berbasa dua atau lebih dimana
atom hanya diganti dengan berbagai logam.[1]
Garam Mohr (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara. Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan akua Fe2+ berturut-turut mengendapkan FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+. Dengan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial bias terjadi, dan system FeII – FeIII
merupakan contoh yang baik sekali mengenai efek ligan kepada kestabilan
relatif dari tingkat oksidasi. Hal ini yang melatarbelakangi d
lakukannya percobaan ini.[2]
A. Rumusan Masalah
Bagaimana cara pembuatan garam mohr dan warna apa yang dihasilkan kristalnya pada hasil akhir pembuatan garam mohr ?
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu, untuk mengetahui teknik pembuatan garam Mohr
C. Manfaat pembuatan garam mohr
Garam
mohr banyak digunakan dalam bidang kimia analitik, yaitu dalam analisis
volumetri, untuk membakukan larutan kalium permanganat atau kalium
bikromat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Besi (Fe)
Besi
yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuh dan liat. Ia
melebur pada 1535 derajat celcius. Jarang terdapat besi komersial yang
murni biasanya besi mengandung sejumlah kecil karida, silisila, fosfida,
dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. zat-zat pencemar ini
memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi.[3]
Unsur
besi (Fe) dalam suatu sistem Periodik Unsur (SPU) termasuk ke dalam
golongan VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas.
Biji besi biasanya mengandung Fe2O3 yang dikotori oleh pasir (SiO2)
sekitar 10%, serta sedikit senyawa sulfur, fosfor, aluminium, dan
mangan. Besi dapat pula dimagnetkan. Endapan pasir besi, dapat memiliki
mineral-mineral magnetik seperti magnetik (Fe3O4), hematit (α- Fe2O3), dan maghemit (γ- Fe2O3).
Mineral-mineral tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
bahan industri. Magnetit, misalnya, dapat digunakan sebagai bahan dasar
untuk tinta kering (toner) pada mesin photo-copy dan printer laser,
sementara maghemit adalah bahan utama untuk pita-kaset.[4]
Besi murni cukup reaktif dalam udara lembab cepat teroksidasi memberikan besi (III) oksida ( ), berkarat yang tidak sanggup melindungi karena zat itu hancur dan memberi permukaan logam porifer yang logamnya mudah larut dalam asam mineral.
Dimulai dari unsur ini tidak terdapat tingkat oksidasi yang sama dengan
jumlah total elektron kulit valensi, yang dalam kasua ini adalah
delapan. Tingkat oksidasi tertinggi adalah VI dan jarang dijumpai.
Bahkan tingkat oksidasi trivalensi yang menonjol pentingnya pada
kromium, sekarang turun menjadi tingkat divalensi. Besi adalah logam
yang kedua melimpahnya, sesuai Al dan unsur keempat yang paling melimpah
dalam kulit bumi. Teras bumi dianggap terutama terdiri atas besi (Fe) dan nikel (Ni). Biji yang utama adalah hematite ( ), magnetite ( ), limonite FeO(OH) dan siderite FeC .
Besi murni cukup reaktif dalam udara lembap cepat teroksidasi
memberikan besi(III) oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup
melindungi, karena zat ini hancurdan membiarkan permukaan logam yang
baru, terbuka.[5]
Besi
yang sangat halus bersifat pirofofat logamnya mudah larut dalam asam
mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh . Dengan adanya udara atau bila digunakan HN encer panas, sejumlah besi menjadi . Media pengoksidasi yang sangat kuat seperti HN pekat dan asam-asam yang mengandung dikromat membuatbesi pasif. Air bebas udara dan larurtan encer bebas
udara memiliki sedikit efek, tetapi besi diserang oleh NaOH pekat
panas. Kimiawi stereo senyawa besi adalah sebagai berikut:
oktohedral seperti dalam FeOH , Fe(H
Fe Fe , Fe
Ion ferro {Fe } memberikan garam berkristal, garam mohr {Fe O} cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku bagi analisis volumetri dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya besi(II) sulfat(Fe O) secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara.[6]
Ion
besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi Fe (III), maka merupakan
zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin
nyatalah efek ini; dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari
atmosfer akan mengoksidasikan ion besi (II). Garam-garam besi (III) atau
feri diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam larutannya, terdapat kation-kation Fe3+
yang berwarna kuning muda; jika larutan mengandung klorida, warna
menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi
besi (II). Ion ferro [Fe(H2O)6]2+
memberikan garam berkristal. Besi yang sangat halus bersifat pirofor.
Logamnya mudah larut dalam asam mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi
tanpa udara, diperoleh FeII. Dengan adanya udara atau bila digunakan HNO3
encer panas, sejumlah besi menjadi Fe (III). Asam klorida encer atau
pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana dihasilkan
garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.[7]
Pemisahan
pasir besi dilakukan dengan cara mekanik, yaitu menggunakan mekanik
separator, dengan cara ini dihasilkan konsentrasi pasir besi.
Selanjutnya dengan menambahkan bahan pengikat dan memanaskan kuat,
konsentrasi pasir besi dijadikan butiran besi (pellet). Pellet ini dapat
dibentuk menjadi besi setengah jadi (billet). Pemisahan
besi dilakukan dengan mereduksi besi oksida menggunakan kokas dalam
tanur. Besi yang diperoleh mengandung 95% Fe dan 3-4% O, serta sedikit
campuran besi kasar lantakan (pigiron). Besi tuang diperoleh dengan
menuangkan besi kasar dan rapuh dan hanya digunakan jika tidak menahan
getaran mekanik atau panas misalnya pada mesin dan rem . Suatu bahan yang digunakan dalam proses peleburan besi yaitu biji besi, batu kapur (CaCO3) dan kokas(C).[8]
Semua
dimasukkan dari atas menara. Pada bagian bawah dipompakan udara yang
mengandung oksigen. Salah satu kereakitfan besi yang merugikan secara
ekonomi adalah korosi, penyebabnya adalah udara dan uap air membentuk Fe2O3.
Bilangan oksidasi besi adalah +2 dan +3, tetapi umumnya besi (II) lebih
mudah teroksidasi spontan menjadi besi (III). Oksidasi besi yang telah
dikenal adalah FeO, Fe2O3, dan Fe3O4. Oksidasi FeO sulit dibuat karena terdisproporsionasi menjadi Fe dan Fe2O3.[9]
Adapun sifat-sifat yang dimiliki dari unsur besi yaitu besi mudah berkarat dalam udara lembab dengan terbentuknya karat (Fe2O2.nH2O),
yang tidak melindungi besinya dari perkaratan lebih lanjut, maka dari
itu biasanya besi di tutup dengan lapisan logam zat – zat lain seperti
timah, nikel, seng dan lain – lain. Suatu besi jika dalam keadaan pijar
besi dapat menyusul O dan H2O (uap) dengan membentuk H2 dan Fe3O4. Sedangkan jika di pijarkan di udara, besi akan membentuk Fe2O3
(ferri oksida) dan menggerisik, serta jika suatu besi tidak termakan
oleh basa, besi dapat larut dalam asam sulfat encer dan asam klorida
dengan membentuk H2, asam sulfat pekat tidak memakan besi. Garam-garam
unsur triad besi biasanya terkristal dari larutan sebagai hidrat. Jika
diletakkan pada uap lembab atmosfer, tergantung pada tekanan parsial H2O,
hidrat dapat terjadi dalam warna-warna yang berbeda. Pada udara kering,
air hidrat lepas dan padatan berangsur-angsur berubah warna menjadi
merah muda. Senyawa besi (II) menghasilkan endapan biru turnbull, jika
direaksikan dengan heksasianoferrat (III). Besi
membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi (II) (atau
ferro) diturunkan dari besi (II) oksida , FeO. Dalam larutan,
garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit
hijau. Ion-ion gabungan dan kompleks-kompleks yang berwarna tua adalah
juga umum. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka
merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu,
semakin nyatalah efek ini, dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen
dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan besi (II)
harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.[10]
Senyawa kompleks seperti besi(II)sufat (Fe sudah dikenal sejak abad ke-10.bila larutan Fe direaksikan dengan dan dibiarkan mengkristal, maka diperoleh kristal Fe yang berwarna hijau muda. Untuk menguji besi biasanya digunakan ammonia yang akan menghasilkan warna hijau muda.Besi
yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuh dan liat. Ia
melebur pada 1535 derajat celcius. Jarang terdapat besi komersial yang
murni biasanya besi mengandung sejumlah kecil karida, silisila, fosfida,
dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. zat-zat pencemar ini
memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi.[11]
B. Amoniak (NH3)
Larutan
amoniak disini berfungsi sebagai ligan yang mempunyai sebuah orbital
yang terisi (elektron tak berpasangan) untuk interaksinya dengan logam,
bentuk komplek koordinasi yang klasik dengan logam. Mereka bergabung
hanya dengan interaksi elektron ligan dengan orbital d,s, atau p yang
kosong dari logam. Ligan ini adalah basa lewis, dan logam adalah asam
lewis. Ikatan ini dibentuk dari rotasi simetrik diatas sumbu logam
dengan ligan dan digambarkan sebagai suatu ikatan. Ligan
unidentat,mereka diikat pada logam melalui ligan atom tunggal. Mereka
mempunyai polarisabilitas yang kecil dan lemah dan ikatan yang lemah
untuk transisi.[12]
C. asam Sulfat (H2SO4)
Asam
sulfat adalah bahan kimia yang diproduksib dalam jumlah besar di duni.
Manfaatnya berkisar mulai dari pengolahan logam sampai produksi
obat-obatan dan manufaktur pupuk.
Penggunaan-penggunaan baru asam ini merangsang pencarian cara-cara baru
untuk memproduksinya dengan menurunnya harga, penggunaan-penggunaan
lebih lanjutu ini ditemukan dan dieksploitasi. Dari tahun 1750 sampai
1900, harga asam sulfat menurun secara tunak dan jumlah yang diproduksi
tumbuhan dengan sangat cepat. Rangsangan mutual antara
penggunaan baru dan proses baru ini merupakan pertanda industri kimia,
bahkan sampai sekarang dan kisa tentang asam sulfat adalah contoh yang
baik untuk menggambarkannya. Asam sulfat mungkin pertama kali dihasilkan
oleh alkimiawan yang memanaskan viriol hijau kristalin, atau besi(II)
sulfat heptahidrat.[13]
Asam sulfat merupakan salah satu asam kuat yang mempunyai banyak fungsi antara lain :
1. Berfungsi sebagai zat pengoksidasi (oksidator).
2. Pembuatan pupuk amonium sulfat (ZA) dan asam fosfat (H3PO4).
3. Pemurnian minyak tanah.
4. Menghilangkan karat besi pada industri baja sebelum bajanya dilapisi tanah atau seng.
5. Pembuatan zat warna.
6.
Industri tekstil, cat, plastik, akumulator (aki) dan bahan peledak.
Pada praktikum ini asam digunakan untuk mengoksidasi logam besi (Fe)
menjadi ion Fe2+. Kemudian ion Fe2+ akan bergabung dengan ion sulfat
(SO42-) menjadi garam besi sulfat. Garam besi sulfat ini adalah garam
terpenting dari semua garam besi. Dalam skala besar garam sulfat ini
dapat dibuat dengan cara mengoksidasi perlahan-lahan FeS oleh udara yang
mengandung air.[14]
D. Garam Morh
Menurut svehla dan harjadi, 1990. dikenal 3 macam metoda argentometri, yaitu : metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans.
1. Metode Mohr
Titrasi
Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10. Dalam
larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam
konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat :
2 + 2CrO - 2HCr 2 + O
Mengecilnya
konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak
dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya
menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat
larut. Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk
titrasi ion bromida dengan perak, dan juga ion sianida dalam larutan
yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi ion iodida dan
tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion
klorida, dengan menggunakan indikator kromat. Endapan perak kromat yang
telah ada sejak awal, pada titik kesetaraan melarut kembali dengan
lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida standar secara
berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator
kromat.[15]
2. Metode Volhard
Titrasi Ag dengan NH4CNS
dengan garam Fe (III) sebagai indikator adalah contoh metode Volhard,
yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama titrasi, Ag(CNS)
terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4CNS yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap (FeCNS +.
Jumlah thiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Jadi
kesalahan pada titik akhir harus sangat kecil, dengan cara mengocok
larutan dengan kuat pada titik akhir tercapai, agar Ag yang teradsorpsi
pada endapan dapat didesorpsi. Pada metode Volhard untuk menentukan ion
klorida, suasana haruslah asam karena pada suasana basa akan terhidrolisis. AgN yang
ditambahkan berlebih ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi.
Larutan Ag tersebut kemudian di titrasi balik dengan menggunakan Fe(III)
sebagai indikator, tetapi cara ini menghasilkan suatu kesalahan karena
AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl. Sehingga :
AgCl + CNS- AgCNS +
Akibatnya lebih banyak NH4CNS
diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan lebih rendah. Kesalahan
ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl sebelum titrasi
balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga
melindungi AgCl dari reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan
memperlambat reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO3, kemudian campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah hilang.[16]
3. Metode Fajans
Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan indikator adsobsi. Jika AgNO3
ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir
ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga.
Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak
berwarna disebabkan adanya adsobsi indikator pada endapan AgCl. Warna
zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada permukaan.[17]
Garam-garam
unsur triad besi biasanya terkristal dari larutan sebagai hidrat. Jika
diletakkan pada uap lembab atmosfer, tergantung pada tekanan parsial H2O,
hidrat dapat terjadi dalam warna-warna yang berbeda. Pada udara kering,
air hidrat lepas dan padatan berangsur-angsur berubah warna menjadi
merah muda. Senyawa besi (II) menghasilkan endapan biru turnbull, jika
direaksikan dengan heksasianoferrat (III). Besi membentuk dua deret
garam yang penting. Garam-garam besi (II) (atau ferro) diturunkan dari
besi (II) oksida , FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation
Fe2+ dan berwarna sedikit hijau.
Ion-ion gabungan dan kompleks-kompleks yang berwarna tua adalah juga
umum. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka
merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu,
semakin nyatalah efek ini, dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen
dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan besi (II)
harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.[18]
Garam Mohr (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara. Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan akua Fe2+ berturut-turut mengendapkan FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+.
Dengan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial
bias terjadi, dan system FeII – FeIII merupakan contoh yang baik sekali
mengenai efek ligan kepada kestabilan relatif dari tingkat oksidasi. Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal. Garam mohr (NH4)2SO4. Fe(H2O)6SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetri, dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaliknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning cokelat bila dibiarkan dalam udara.[19]
BAB III
METEODOLOGI PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari / tanggal : Senin,18 April 2011
Waktu : 08.00 WITA – Selesai
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Alauddin Makassar, Samata-
Gowa.
B. Alat dan Baha
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Alat
a. Neraca analitik 1 Buah
b. Pemanas hot plate 1 Buah
c. Erlenmeyer 250 mL 1 Buah
d. Gelas kimia 500 mL 1 Buah
e. Gelas kimia 300 mL 2 Buah
f. Pipet Volume 25 mL 1 Buah
g. Pipet skala 5 mL 1 Buah
h. Gelas Arloji 1 Buah
i. Corong 1 Buah
j. Bunsen 1 Buah
k. Kaki tiga 1 Buah
l. Spatula 1 Buah
m. Batang pengaduk 2 Buah
n. Pipet tetes 2 Buah
o. Botol semprot 1 Buah
2. Bahan
a. Aquadest O
b. Asam sulfat, 10% 64 mL
c. Amonia, 8%
d. Kertas saring 0,8579 g
e. Kertas Lakmus Merah dan Biru
f. Serbuk besi 2 g
g. Spiritus
C. Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menimbang 2 g serbuk besi atau paku dan larutan dalam 30 mL 10%
2. Memanaskan hingga hampir semua besi melarut (mungkin sulit untuk melarutkan besi).
3. Menyaring larutan ketika dalam keadaaan masih panas.
4. Menambahkan
sedikit asam sulfat pada filtrate dan uapkan larutan sampai terbentuk
kristal di permukaan larutan (disebut larutan A)
5. Menetrakan 30 mL 10% dengan ammonia, kemudian uapkan larutan ammonium sulfat yang terbentuk sampai jenuh (disebut larutan B)
6. Mencampurkan larutan A dan larutan B masing-masing dalam keadaan panas, setelah itu diinginkan
7. Setelah dingin, maka akan terbentuk kristal yang berwarna hijau mudah
8. Garam
mohr yang murni dapat diperoleh dengan cara melarutkan kembali dalam
sedikit mungkin air panas, kemudian dibiarkan mengkristal
9. Menimbang garam mohr dan melaporkan hasilnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Larutan A
2 g Fe + 30 mL 10% larutan Fe + ↑
(warna hitam)
Larutan hijau + 10% larutan hijau.
b. Larutan B
30 mL 10% + →
(warna bening)
Larutan bening larutan bening
Jadi, larutan A + laruitan B larutan hijau mudah kristal kristal mohr garam mohr murni
Berat kaca arloji = 43,535 g
Berat kertas saring = 0,8579 g
Berat total = 47,638 g
Berat garam mohr = berat total – (berat kertas saring + berat kaca arloji)
= (47,638 g – (0,8579 g – 43,638 g)) = 3,1421 g
B. Reaksi
1. Fe + Fe +
+ →
2. Fe + Fe 6 O
C. Analisa Data
a. Fe + ~ Fe 6 O
0,1790 0,1790
c. Dik: Berat garam mohr = 3,1421 g
Massa besi = 2 g
BA besi = 55,85 g/mol
BM mohr = 392 g/mol
Dit:
mol Fe =
=
= 0,0358 mol
Massa garam mohr teori = mol garam mohr x BM garam mohr
= 0,0358 mol x 392 g/mol
= 14,0336 g
Berat rendement = x 100%
= x 100%
= 0,223898 x 100%
= 22,3898 %
D. Pembahasan
Garam morh merupakan garam rangkap yang terbentuk dari reaksi besi dengan asam sulfat dan larutan amonia. Garam morh dapat diperoleh dari besi yang dilarutkan dalam asam sulfat ( ) 10%, berwarna abu-abu kehitaman. Pada saat proses pencampuran, akan menguap dan endapan yang berupa besi akan melarut, dimana asam sulfat bersifat asam kuat. Setelah semuanya menguap, maka akan terbentuk garam besi (II) sufat (Fe , besi(II)sulfat(Fe , yang
terbentuk kemudian dipanaskan agar semua besi dapat larut, tetapi semua
besi yang dipanaskan tidak semuanya dapat larut, dikarenakan pelarut
yang digunakan mempunyai konsentrasi rendah, Sehingga larutan hanya
berubah menjadi hijau. Kemudian garam besi (II) sulfat (Fe ,
yang dipanaskan disaring dengan menggunakan kertas saring dalam keadaan
panas sehingga menghasilkan filtrat yang jernih berwarna hijau
kekuning-kuningan dan besi yang tidak ikut bereaksi bersama
kotoran-kotoran lain akan tersaring pada kertas saring tersebut. Filtrat
yang didapatkan ditambahkan sedikit demi sedikit asam sulfat agar sisa
besi dapat melarut semua dan kemudian dipanaskan kembali, kemudian
didingikan atau diupkan sampai terbentuk kristal kasar berwarna biru
muda disebut larutan A. reaksi yang tebentuk adalah :
Fe + Fe + .
Pada larutan kedua, yaitu larutan B yang terbentuk dari asam sulfat 10% yang dinetralkan dengan larutan amonia (NH3),
campuran ini berupa larutan jernih yang panas. Kemudian dilakukan
pengukuran pH dengan menggunkan kertas lakmus merah biru, yang jika
kertas lakmus merah ditotolkan pada larutan tersebut dan kertas lakmus
tidak mengalami perubahan maka itu artinya larutan tersebut dalam
keadaan netral dengan pH 7, hal ini dilakukan dikarena reaksi antara
kedua reaktan merupakan reaksi netralisasi. Kemudian larutan ini
diuapkan hingga jenuh sampai timbul endapan-endapan kristal disebut
larutan B. reaksi yang terjadi
+ → .
Garam morh dapat dibentuk dengan cara mencampurkan
larutan A dan larutan B dalam keadaan masih panas, kemudian dipanaskan
kembali sampai larutan jenuh, hal ini bertujuan agar dapat terbentuk
endapan, karena endapan terbentuk dengan larutan terlalu jenuh dengan
zat yang bersangkutan, maka akan dihasilkan larutan berwarna hijau muda
dengan endapan putih. Untuk memperoleh kristal garam morh, maka
dilakukan pendinginan beberapa hari sehingga terbentuk kristal garam.
Setelah didinginkan, larutan tersebut disaring sehingga diperoleh
kristal garam mohr. Dimana reaksi yang terjadi :
Fe + Fe 6 O.
Adapun hasil yang diperoleh dalam penentuan garam morh secara teori didapatkan berat sebesar 14,0336 g. Sedangkan berat garam morh yang diperoleh pada saat percobaan yaitu 3,1421 g dari data yang diperoleh, maka dihasilkan rendement garam morh adalah 22,3898 %. Bentuk kristal garam morh adalah monoklin dengan warna putih.
Gambar kristal garam Morh
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu, tekhnik pembuatan garam mohr dilakukan dengan cara kristalisasi. Berat garam Morh secara teori diperoleh sebesar 14,0336 gram sedangkan berat garam morh praktek diperoleh hasil sebesar 3,1421 gram dengan rendement adalah sebesar 22,3898 %.
B. Saran
Adapun saran pada percobaan ini yaitu, sebaiknya dalam percobaan ini di
gunakan besi yang lebih halus agar lebih cepat larut dan dapat
menghasilkan kristal garam yang lebih banyak jika banyak pula besi yang
larut.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Syabatini, PS S-1Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.
Cotton and Wikinson. Kimia Anorganik Dasar. UI- Press. Jakarta. 1989.
Eko Cahyono, 15 Juni 2010. Pembuatan Garam Morh, http://www.ilmukimia.com. (14 April 2011).
Gillis, oxtoby. Edisi ke empat, jilid 2. Prinsip-prinsip kimia moderen. Bandung:Erlangga.
Harjadi, W. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Erlangga.1989.
Svehla, G. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka. 1990.
Lampiran Pembuatan Larutan
a. Pengenceran H2SO4 98 %
Diketahui :
pekat 98%
= 10%
0 komentar:
Post a Comment